Bengkulu yang dikenal
sebagai Bumi Rafflesia memiliki tempat-tempat wisata sejarah yang menarik dan
sayang untuk dilewatkan saat berkunjung ke Bengkulu. Ada beberapa Cagar Budaya
di Bengkulu yang menjadi saksi bisu sejarah Indonesia. Oh ya, Cagar Budaya Bengkulu
ini tergabung ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi dengan wilayah
kerja Sumatera Selatan, Bengkulu dan Bangka Belitung.
Apa saja sih cagar budaya
yang ada di Bengkulu dan bagaimana perkembangan pemanfaatannya saat ini? Mari kita mulai perjalanan wisata sejarah kita.
1. Benteng Malborough
Benteng Malborough
merupakan benteng pertahanan terbesar Inggris di kawasan Asia Tenggara. Benteng
ini dibangun pada masa pemerintahan East
Indian Company (EIC) di Bengkulu. Selain pernah dikuasai East Indian Company (EIC) selama 140
tahun, benteng ini juga pernah dikuasai Belanda pada tahun 1825-1940, Jepang
tahun 1942-1945 dan sejak masa kemerdekaan 1945 – sekarang benteng ini dikuasai
bangsa Indonesia.
Pembangunan benteng yang
menempati lahan seluas 44.100,5 m2 (panjang 204,5 m dan lebar 107,5 m) ini
dilakukan selama 5 tahun dibawah pimpinan empat Deputi Gubernur. Pembangunan
tahap pertama diawali oleh Josep Collet tahun 1714 dan diakhiri oleh Thomas
Cooke (1719). Bangunan benteng ini terdiri dari gerbang utama, dua pintu masuk,
hunian khusus petinggi kongsi dagang, ruang jaga, hunian untuk kondul, pekerja
dan pencatat, gudang sarana, sumur, ruang daya dan hunian pribadi prajurit.
Saat tiba di Benteng
Malborough kita akan disambut dengan jembatan menuju gerbang utama yang
bertuliskan “FORT MALBOROUGH”. Setelah itu kita dapat melihat halaman luas
dengan deretan meriam, di sebelah kanan ada deretan bekas ruang tahanan,
sedangkan jika lurus ke depan kita bisa melihat deretaan rumah bekas hunian. Di
bagian atas benteng ada roof top,
dari sini kita bisa melihat langsung Pantai Tapak Paderi yang langsung mengarah
ke Samudera Hindia. Semua tempat ini
tentu saja sangat menarik dan bisa dijadikan tempat foto yang instagram able.
Selain memiliki spot foto yang menarik, benteng ini juga
terdapat fasilitas yang dapat digunakan sebagai petunjuk atau keterangan
tentang benteng dari masa lalu. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain ruang
pameran dan ruang audio visual.
Terdapat dua ruang pameran
di dalam Benteng Malborough. Di dalam ruang pameran ini kita bisa melihat
benda-benda bersejarah sejak zaman pendudukan EIC di Bengkulu. Mulai dari mata
uang khusus yang digunakan saat itu, bongkahan peluru meriam, surat perintah
kerajaan Inggris untuk pimpinan EIC, dll. Di ruang pameran juga terdapat replika
patung Soekarno dan salah satu pimpinan Belanda yang meminta Soekarno merancang
tugu peringatan untuk Belanda, namun ditolak secara halus oleh Soekarno.
Saat ini Benteng
Malborough memiliki ruang audio visual
yang menyerupai ruang bioskop dan dapat menampung sekitar 30 orang. Di ruangan
ini pengunjung dapat menyaksikan video tentang sejarah masuknya East Indian Company (EIC), Belanda, Jepang hingga zaman
kemerdekaan.
2. Tugu Thomas Parr
Tidak jauh dari Benteng
Malborough atau sekitar 170 meter ke arah tenggara dari Benteng Malborough
terdapat tugu peringatan atas terbunuhnya Thomas Parr. Masyarakat Bengkulu
sering menyebutnya Tugu Bulek (bundar). Thomas Parr merupakan Residen Inggris
yang sangat kejam. Ia menerapkan kebijakan dengan mengontrol semua aspek
perdagangan, membubarkan Laskar Bugis, mencampuri keputusan pengadilan dan
menerapkan tanam paksa kopi.
Kebijakan yang dilakukan
Thomas Parr mengakibatkan kekecewaan dan kebencian terhadap Parr. Pada 23
Desember 1807 di rumah kediamannya yang disebut “Mount Felix”, sekelompok orang
melakukan penyerangan dan pembunuhan. Akibat kejadian ini Parr terbunuh dan
istrinya terluka, Charles Murray sekretaris Parr yang berusaha melindunginya juga
meninggal pada 7 Januari 1808.
Thomas Parr dan Charles
Murray dimakamkan di dalam Benteng Malborough. Parr memerintah di Bengkulu pada
1805 – 1807, untuk memperingati jasanya, Kerajaan Inggris membangun Tugu Thomas
Parr.
3. Makam Inggris
Selain bangunan-bangunan
bersejarah, ada juga makam Inggris yang manjadi salah satu cagar budaya di
Bengkulu. Makam ini digunakan sebagai tempat pemakaman masyarakat Inggris yang
meninggal pada masa pemerintahannya di Bengkulu.
Empat orang anak Stamford
Raffles juga dimakamkan di Bengkulu, mereka adalah Leopold Stamford (3), anak
kedua Raffles ini meninggal tahun 1821. Setahun kemudian anak ketiganya
Stamford Marsed (2) yang lahir di Bengkulu meninggal karena radang usus. Beberapa
hari kemudian anak pertama Raffles, Charolatte (4) juga meninggal karena
penyakit yang sama pada 14 Januari 1822. Terkahir anak kelima Raffles juga
meninggal pada 28 November 1822.
Makam Inggris ini menajdi salah satu destinasi wisata sejarah yang sering dikunjungi wisatawan yang ingin melihat dan mengetahui tentang peninggalan zaman dahulu di Bengkulu.
Setelah menjelajahi cagar
budaya penggalan Inggris di Bengkulu, sekarang kita menilik sejarah salah satu
bapak pendiri bangsa kita semasa diasingkan di Bengkulu, yaitu Soekarno.
4. Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah pengasingan ini pertama
kali dibangun pada 1918, sebelum Bung Karno diasingkan di Bengkulu. Rumah ini
merupakan milik seorang pedagang keturunan Tionghoa bernama Tjang Tjeng Kwat yang merupakan salah satu penyuplai
bahan pokok untuk Belanda. Bangunan ini dipengaruhi oleh tiga kebudayaan, yaitu
Indonesia (Bengkulu), Tiongkok dan Eropa. Hingga kini rumah ini sudah tiga kali
mengalami renovasi, namun tidak mengubah bentuk asli dari rumah tersebut.
Kondisi rumah pengasingan
Bung Karno ini masih bagus dan terawat. Di dalam rumah ini terdapat banyak
peninggalan Bung Karno, seperti buku-buku yang berjumlah lebih dari 300 buku,
kursi tamu kuno, sepeda ontel yang digunakan Bung Karno selama di Bengkulu,
foto-foto dokumentasi Bung Karno saat di Bengkulu, dll. Selain itu terdapat dua
ruang kamar yang masing-masing terdapat tempat tidur kuno, dan di belakang
rumah terdapat sebuah sumur tua.
Rumah pengasingan Bung
Karno ini menjadi saksi bisu pertemuan Bung karno dengan Fatmawati pertama kali
hingga kisah cinta keduanya di Bengkulu. Sekarang rumah ini menjadi salah satu
destinasi wisata sejarah yang sering dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke
Bengkulu. Selain itu pelataran Rumah Bung Karno yang luas sering dijadikan
tempat berbagai acara yang berhubungan dengan sejarah.
5. Rumah Fatmawati
First lady Indonesia ini merupakan
putri asli Bengkulu. Tentu saja bangsa Indonesia mengenal ibu negara pertama
sekaligus penjahit Bendera Pusaka Merah Putih ini. Jika berkunjung ke Bengkulu,
jangan lupa untuk mengunjungi Rumah Fatmawati yang letaknya tidak jauh dari
Rumah pengasingan Bung Karno.
Jika berkunjung ke Rumah
Fatmawati ini kamu akan melihat deretan foto-foto sejarah Fatmawati bersama
Bung Karno, tempat tidur kuno dan mesin jahit yang digunakan Fatmawati untuk
mejahit Bendera Pusaka Merah Putih. Selain destinasi wisata sejarah, Rumah Fatmawati ini sering dijadikan tempat kegiatan yang berkaitan dengan Yayasan Fatmawati.
6. Masjid Jamik Soekarno
Masjid ini merupakan
masjid pertama yang dirancang Bung karno sekitar tahun 1930 semasa
pengasingannya di Bengkulu. Letak masjid ini sangat strategis di jantung kota
Bengkulu. Saat ini Masjid Jamik Soekarno telah mengalami beberapa kali
renovasi, namun tidak mengubah bentuk aslinya.
Setiap harinya masjid ini
digunakan sebagai tempat ibadah. Selain itu masjid ini digunakan sebagai sarana
bagi para pemuda/i untuk menambah ilmu agama serta pertemuan para tokoh agama.
Bangunan masjid ini
memiliki gaya Eropa dengan tiga bangunan yang menyatu. Ketiga bangunan tersebut
diantaranya adalah serambi, ruang utama serta tempat berwudu. Bangunan utama
masjid berukuran 14,65 x 14,65 m dan di dalamnya terdapat mihrab dengan lebar
sekitar 1,60 x 14,65 m. Masjid ini memiliki halaman yang luas dengan pagar
besi.
7. Makam Sentot Alibasyah
Sentot Alibayah ini
merupakan salah satu sahabat Bung Karno semasa diasingkan di Bengkulu. Sentot
Alibasyah merupakan seorang panglima perang Pangeran Diponegoro yang tangguh,
beliau diasingkan ke Bengkulu oleh Belanda karena tidak mau membantu Belanda
saat perang paderi.
Pada 1885 Sentot
menghembuskan nafas terakhirnya di Bengkulu dan dimakamkan di TPU yang sekarang
dikenal dengan TPU Sentot Alibasyah serta menjadi salah satu Cagar Budaya yang
ada di Bengkulu. Makan Sentot Alibasya ini dijadikan tempat ziarah bagi pengunjung yang datang ke sini.
Apakah hanya itu saja situs sejarah di Bengkulu? Tentu saja tidak. Bengkulu masih memiliki cagar budaya berupa Tugu Hamilton, Bunker Jepang, dll namun yang terkenal dan selalu dimanfaatkan sebagai pariwisata dan kegiatan lainnya adalah cagar budaya seperti yang dijelaskan di atas.
Bagaimana Harapan Masyarakat Terhadap Cagar
Budaya Bengkulu?
Lenny Liem yang merupakan
salah satu travel blogger Indonesia
dan pernah berkunjung ke beberapa Cagar Budaya Bengkulu mengungkapkan bahwa
promosi tempat-tempat wisata di Bengkulu masih sangat kurang. Bengkulu memiliki
banyak cagar budaya yang sangat menarik, namun belum banyak diketahui oleh
wisatawan luar daerah. Selain itu pemandu wisata di beberapa cagar budaya ini
juga tidak selalu ada sehingga pengunjung terkadang kurang mendapatkan
informasi tentang tempat yang dikunjungi tersebut. Ia sangat berharap kedepannya ada pemandu wisata yang selalu ada di setiap cagar budaya.
Hal senada juga
diungkapkan oleh Lia Haryana yang merupakan Duta Bahasa Bengkulu 2015 dan
perwakilan pertukaran pemuda Indonesia-India 2016. Lia mengungkapkan jika promosi
Cagar Budaya Bengkulu masih kurang.
Dari segi pendidikan,
pemanfaatan cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah masih sangat kurang.
Kebanyakan pengunjung yang datang hanya untuk berfoto, bukan mengetahui lebih
mendalam sejarah dari cagar budaya tersebut. Padahal situs ini bisa dijadikan sumber
dan media belajar yang sangat bagus, misalnya dengan mengajak murid-murid
berkunjung lalu mencari tahu sejarah dari tempat yang dikunjungi.
Pungky Prayitno yang
merupakan salah satu senior Blogger Indonesia dan juga Srikandi Blogger 2014
mengungkapkan bahwa Bengkulu memiliki wisata sejarah yang sangat bagus. Bahkan
ia sangat takjub dengan wisata sejarah yang ada di kota yang ia kunjungi pada
Juli 2017 lalu.
Pungky sangat berharap
Cagar Budaya Bengkulu tetap seperti bentuk aslinya sekarang, tidak diberi
tambahan spot foto selfie karena akan
merusak estetika sejarah dari cagar budaya. Selain itu Bengkulu memiliki banyak
anak muda yang sangat peduli dengan sejarah serta kebudayaan Bengkulu. Ia
berharap anak-anak muda ini yang menjadi agen promosi, pelestarian serta
pemanfaatan Cagar Budaya Bengkulu secara maksimal.
Selain itu menurut seorang
guru dan juga penggagas gerakan literasi Rafflesia Membaca, Sri Hardianti
mengungkapkan bahwa keberadaan cagar budaya di Bengkulu bisa menjadi sarana
belajar yang bagus. Hal ini dikarenakan para pelajar bisa belajar sejarah
secara langsung. Pemerintah dan masyarakat tentunya harus terus melestarikan cagar
budaya ini agar anak dan cucu kita kelak tetap bisa melihat serta mempelajari
sejarah ini secara langsung.
Apa sih yang bisa dilakukan agar Cagar Budaya
ini lebih baik?
Dari wawancara dengan beberapa narasumber dari berbagai latar belakang di atas tentang harapan mereka terhadap Cagar Budaya Bengkulu, ada beberpa hal yang bisa kita lakukan untuk perbaikan kedepannya, seperti;
1. Promosi yang lebih
maksimal
Promosi wisata menjadi
salah satu hal penting dalam memperkenalkan pariwisata. Dalam promosi ini
pemerintah serta masyarakat terutama anak muda memiliki peran yang besar. Sosial
media bisa digunakan sebagai sarana promosi misalnya instagram dan youtube yang
saat ini paling banyak penggunanya.
Terlebih Bengkulu sekarang sudah memiliki
komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPi) yang memiliki misi untuk
mempromosikan pariwisata. Terlebih GenPi yang baru saja dideklarasikan berhasil mensosialisasikan kepada masyarakat Bengkulu untuk ikut serta melakukan vote untuk Bukit Kandis sebagai destinasi terfavorit dalam API Award. Jika hal ini terus ditingkatkan tentu saja promosi destinasi cagar budaya juga bisa berhasil.
Selain itu dapat juga dilakukan dengan mengadakan
festival khusus yang berkaitan dengan sejarah di Bengkulu sekaligus penawaran paket wisata ke situs-situs bersejarah. Misalnya saja mengadakan Festival Bengkulu Tempo Dulu setiap tahunnya dan melakukan tour ke situs-situs bersejarah dengan mengendarai sepeda ontel. Tentu ini sangat menarik untuk para wisatawan.
2. Adanya Pemandu Wisata
Adanya pemandu wisata yang
selalu ada di setiap cagar budaya ini tentunya sangat penting, terlebih bagi
pengunjung yang berasal dari luar Bengkulu. Komunitas Pramuwisata Bengkulu bisa
lebih dimaksimalkan lagi tugasnya untuk menjadi pemandu wisata di situs-situs cagar
budaya di Bengkulu.
3. Memanfaatkan Sebagai Sarana Belajar
Pemanfaatan cagar budaya yang
masih kurang untuk sarana belajar tentunya sangat disayangkan. Pemerintah bisa
bekerjasama dengan sekolah untuk membuat suatu program kunjungan wisata. Dalam
program ini setiap sekolah dan siswa melakukan tour ke situs Cagar Budaya Bengkulu lalu mencari tahu serta mencatat
sejarah dari cagar budaya yang dikunjungi tersebut. Khusus di Benteng Malborough
yang telah memiliki ruang audio visual,
sebaginya pemanfaatannya lebih maksimal sehingga dapat digunakan oleh para
pengunjung.
Sebagai generasi muda
Indonesia sudah seharusnya kita melestarikan cagar budaya yang memiliki nilai
sejarah yang sangat tinggi ini. Adanya cagar budaya tentunya sangat membantu
kita mengenal serta mempelajari sejarah perjuangan bangsa secara langsung,
sehingga kita bisa lebih mencintai serta menghargai perjuangan pahlawan dalam
merebut kemerdekaan. Yuk wisata sejarah dan lestarikan cagar budaya kita.
#StrategiKebudayaan
#KongresKebudayaanIndonesia
#BPCBJambi
#BentengMarlborough
#RumahPengasinganBungKarno
#MasjidJamikSoekarno
#TuguThomasParr
#BungkerJepangBengkulu
#SetengahAbadBengkuluEmas
#WonderfulBengkulu
#Visit2020
#genpibengkulu