Nggak terasa Asian Games
sudah di depan mata. Jakarta dan Palembang sudah berbenah dan siap menyambut
event olahraga terbesar di benua Asia ini. Demi kelancaran dan kesuksesan
kegiatan ini lalu lintas di Jakarta mau tidak mau harus direkayasa.
Penerapan ganjil genap
diperluas dan periodenya pun diperpanjang. Sebagai informasi nih, hampir
seluruh negara yang menyelenggarakan event-event internasional khususnya
olahraga melakukan rekayasa lalu lintas. Salah satunya Olympiade Beijing 2012
lalu. Beijing sebagai ibukota China yang merupakan raksasa baru perekonomian,
mengalami masalah lalu lintas yang hampir dialami oleh semua negara berkembang,
yaitu macet.
Kalau di Jakarta
pengaturan hanya sebatas plat ganjil genap, tapi di Beijing lebih ekstrim loh
peraturannya, yaitu berdasarkan nomer plat mobil. Misal angka 1 dan 2 hanya bisa
melintas di Senin dan Rabu, angka 3 dan 4 hanya bisa Kamis dan Jumat, dan
seterusnya. Nggak main-main nih, pelajaran dari Olympiade ini diimplementasikan
bahkan setelah pekan olahraga dunia tersebut berakhir.
Lalu, kenapa sih Jakarta
sangat perlu rekayasa lalu lintas saat Asian Games 2018 ini? Pertama, kita sudah tahu dong kalo kemacetan masih jadi masalah krusial
di Ibukota dan sekitarnya meskipun segala upaya untuk
menguranginya
terus dilakukan oleh Pemerintah. Namun sejatinya ini masalah klasik yang
dialami hampir semua kota-kota besar negara berkembang di dunia. Selain itu, Jakarta sedang gencar membangun infrastruktur
di hampir setiap sudutnya, sehingga mempengaruhi arus lalu lintas.
Kedua, ada standar internasional pihak OCA (Olympic Council of Asia) yang
menerapkan syarat waktu tempuh atlet ke
venue sekitar 30 menit dengan kualitas udara yang baik. Setidaknya
harus mengikuti baku mutu harian menurut PP Nomor 41 Tahun 1999 adalah 65
mikrogram per meter kubik atau baku mutu menurut WHO adalah 25 mikrogram
per meter kubik.
Pastinya dong ada pro
kontra, tapi kita hampir tidak punya pilihan lain selain mengatur ulang lalu
lintas dan tentu saja dibarengi dengan penyediaan angkutan umum yang lebih
memadai. Kebijakan meliburkan kegiatan ekonomi, pastilah bukan pilihan yang
bijak.
Bagi yang setiap hari
berkendaraan umum, rekayasa lalu lintas ini bukan sebuah masalah besar. Jika
diamati, di dunia maya, netizen yang tidak mendukung berasal dari mereka yang
sudah nyaman dengan kendaraan pribadinya dan terlihat tidak mengenal
transportasi publik di Jakarta.
Citra kendaraan umum di
Jakarta, sudah terlanjur melekat seperti tahun 1990an dan awal 2000an yaitu
kendaraan umum yang kumuh, berdesak-desakan, tidak aman dan jauh dari kata
nyaman. Sayang sekali masih ada anggapan seperti itu. Transportasi publik di
Jakarta memang belum sempurna, namun kita tidak bisa menutup mata, bahwa makin
hari semuanya makin baik.
Tentu saja perlu adanya penyediaan
angkutan umum untuk menunjang mobilitas masyarakat. Hal ini akibat dari
kebijakan pengaturan penggunaan kendaraan pribadi serta
mendukung kebutuhan penonton dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke event Asian Games.
Kebijakan
ini meliputi penambahan armada bus Transjakarta ke venue sebanyak 76 unit dari
kondisi existing 294 unit, penyediaan 57 unit bus dari Hotel/Mall ke Venue,
penyediaan 204 bus khusus untuk wilayah-wilayah yang terdampak perluasan kebijakan
ganjil-genap. Selain itu juga
penyediaan 10 unit bus guna keperluan non pertandingan (wisata). Menariknya,
semua bus dengan trayek menuju venue akan digratiskan untuk masyarakat umum.
Penggunaan Teknologi
Badan Pengelola
Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan juga menyarankan para
pengguna transportasi publik untuk menggunakan Moovit. Moovit adalah
aplikasi transportasi publik yang bisa diakses dengan gratis. Untuk bisa menggunakannya kita
bisa lakukan dengan dua cara, pertama mengunduh
aplikasi moovit gratis di google play, kedua menggunakan moovit versi mobile.
Dengan menggunakan aplikasi ini kita bisa
melihat jadwal kereta dan bis, serta angkot. Selain itu juga kita bisa mengecek waktu kedatangan, notifikasi
tujuan dan rute detail di dalam maps, sehingga kita bisa mudah menemukan rute
di jakarta dengan cara paling yang efisien
dan efektif.
Selain menyediakan menu pemilihan moda
transportasi paling cepat ke suatu tujuan, moovit juga memiliki beberapa
feature keren:
1. Ada notifikasi jika kita sampai di suatu halte,
atau tujuan atau ketika harus berpindah moda, sehingga kita tidak perlu
khawatir dan terus menerus mengecek kita sdh sampai halte mana saat berkendara.
2. Terdapat informasi jarak total yg ditempuh, jarak
antar halte, maupun jarak antara satu moda dengan moda yang lain jika
perjalanan harus menggunakan beberapa moda transportasi yang berbeda.
3. Terdapat informasi berapa lama kita harus menunggu
suatu moda transportasi hingga moda tersebut sampai tujuan.
Bagi yang tetap akan berkendaraan pribadi,
BPTJ pun memfasilitasi melalui kerja sama dengan Google Indonesia. Google Map telah disinkronkan dengan kebijakan
ganjil genap. Aplikasi ini akan
memberikan informasi mengenai rute mana
yang harus dilalui jika menggunakan kendaraan pribadi agar tidak melanggar
jalur ganjil genap.
Pengguna juga akan mendapatkan informasi waktu tempuh yang
dibutuhkan jika melalui jalur alternatif.
Jika mendapatkan hambatan, pengguna dapat berganti menggunakan kendaraan
umum dan cari tahu rutenya melalui Moovit.
Kepala BPTJ, Bambang Prihartono menjelaskan tersedianya fitur
tersebut bermanfaat bagi masyarakat untuk cepat mengenal perluasan kebijakan
ganjil genap dengan cara yang praktis, serta mendorong mereka untuk lebih cepat
beradaptasi.
Nah, sudah banyak
kemudahan yang ditawarkan, bukan? Jadi tidak ada alasan untuk tidak mendukung
Asian Games 2018.
Sumber
Foto:
1.
Grafis (Desain, animasi) : Humas BPTJ, Kemenhub RI,
2.
Atlet & Fasilitas Venue : Tim Komunikasi Menpora
3.
Foto Jalanan Jakarta : Tim Kamadigital