Bengkulu merupakan
provinsi kecil dengan penduduk paling sedikit di pulau Sumatra. Banyak orang di
luar sana yang belum mengetahui Bengkulu. Meskipun dibesarkan di Bengkulu,
nyatanya masih banyak yang belum saya ketahui tentang provinsi ini. Namun saya beruntung
karena dan lima teman dan blogger bengkulu bisa menjadi peserta famtrip selama tiga hari di Bengkulu
bersama teman-teman traveler blogger Indonesia. Mau tau siapa aja para blogger
tersebut? Baca disini..
Famtrip ini merupakan salah satu
rangkaian acara dari Festival Bumi Rafflesia 2017. Saya bersama teman-teman
blogger melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Provinsi Bengkulu. Kegiatan
ini dilakukan tanggal 21-23 Juli 2017. Famtrip ini dilaksanakan dibawah Dinas
Pariwisata Provinsi Bengkulu dan Alesha Tour serta bekerja sama dengan Bengkulu Heritage Society sebagai
pemandu wisata.
(Baca Juga: Festival Bumi Rafflesia (FBR) 2017)
Day 1
|
Baru ketemu beberapa detik udah langsung selfe aja :D.
Photo by @astinsoekanto |
|
The tour would begin.
Photo by @zefpron.saputra |
Kegiatan kami diawali dengan
penjemputan peserta famtrip dari luar kota di Bandara Fatmawati Soekarno pada
tanggal 21 Juli 2017 pukul 08.30. Setelah mereka datang kami pun langsung melanjutkan
perjalanan menuju kabupaten Rejang Lebong yang memakan waktu sekitar 3 jam
menggunakan bus SAN. Setelah diperjalanan sekitar 40-50 menit bus kami berhenti
di hutan lindung liku 9, Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah. Awalnya kami
mengira terjadi masalah pada bus tersebut, tapi ternayata pemandu wisata kami
mengatakan bahwa ada bunga rafflesia yang sedang mekar sehingga kami diminta
turun agar bisa melihat secara langsung puspa langkah tersebut.
Bunga rafflesia yang kami lihat tumbuh
sekitar 100 meter di dalam hutan. Di Bengkulu sendiri ada empat jenis rafflesia
yang sering tumbuh, yaitu Raffelsia Arnoldi, Gadutensis, Halsetti, dan
Bengkuluensis. Bunga yang kami lihat saat famtrip kemaren adalah jenis
rafflesia arnoldi dengan diameter 65 cm. Rafflesia biasanya mekar 7-10 hari,
kalau cuaca sering hujan maka bunga akan cepat layu. Nah saat kami lihat
kemaren bunga baru mekar pada hari ke 3.
|
Rafflesia Arnlodi |
Setelah melihat bunga rafflesia kami
melanjutkan perjalanan menuju Curup, Kabupaten Rejang Lebong yang memakan waktu
sekitar 2 jam perjalanan. Sesampainya di kota Curup bus kami berhenti di masjid
agung Curup untuk melaksakan sholat Jum’at bagi yang cowok dan sholat zuhur
bagi yang cewek. Setelah itu baru kami melanjutkan perjalanan ke rumah makan Lesehan
Pancur untuk makan siang.
Nah setelah itu kami menuju ke taman
bunga yang terletak di perbatasan Curup-Lubuk Linggau, tepatnya di jalan raya
Curup-Lubuk Linggau. Taman bunga ini bernama Taman Bunga Inaya yang letaknya
bersebelahan dengan Danau Mas Harun Bastari dan kebun strawberry. Ada banyak
macam bunga yang ditanam di taman ini, mulai dari bunga matahari, bunga krokot,
kenikir, dll. Taman bunga ini dipersiapkan untuk garden flower festival 2020 dan menyambut ulang tahun ke 52
Provinsi Bengkulu.
|
Karena fotonya rame-rame dan jaraknya jauh jadi mukanya pada gak jelas :D
Photo by @ichan.dgmc |
Setelah puas berkeliling dan berfoto di
taman bunga, kami melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Kepahiang, yaitu ke hutan
konservasi Bunga Bangkai, Amorphopallus
Titanium. Sesampainya di sana sudah ada seorang penjaga bunga bangkai
tersebut, sayangnya kami sampai di hutan konservasi sudah sore sehingga tidak
bisa berlama-lama berada di sini karena hari sudah mulai gelap.
|
Amorphopallus Titanum |
Bus kami pun melanjutkan perjalanan ke
Restoran Setia Utama Kepahiang untuk makan malam dan dilanjutkan dengan
perjalanan ke Bengkulu. Rombongan famtrip kami sampai di Bengkulu pukul 22.00
dan langsung menuju Hotel Amaris tempat kami menginap. Perjalanan hari ini
sangat berkesan dan menyenangkan. Kami sangat beruntung karena bisa melihat dua
puspa langka dalam sekali perjalanan, selain itu cuaca juga sangat cerah.
Menurut pemandu wisata, di hutan konservasi tersebut sering terjadi hujan bahkan
dalam sebulan bisa 20 harinya turun hujan.
Day 2
Hari kedua famtrip kami diawali dengan
sarapan di hotel. Kegiatan hari ini dimulai 09.00, namun saya dan beberapa teman
blogger (mbak Ani Berta, mbk Astin, kak Olive dan mbak linda) langsung menuju
pantai panjang. Setelah pukul 09.00 WIB kami menuju sport center untuk meliput
di finish line triathlon. Di sini
kami bisa bejalan-jalan untuk mengeksplor Pantai Panjang yang merupakan pantai
terpanjang di Indonesia dengan garis pantai yang mencapai 7 KM. Oh iya,
beberapa teman blogger membeli gorangan (rajungan, ikan layur, dll) dengan
harga 3 buah 10.000. Kata mereka itu murah banget haha.
Pukul 11.45 kami kembali ke hotel untuk
bersiap-siap menuju Marola Resto yang merupakan salah satu rumah makan yang
menyediakan makanan khas Bengkulu. Sesampainya di sana kami langsung disuguhi
berbagai macam see food, dan makanan
khas Bengkulu, seperti tempoyak, pendap,
dll. Setelah solat zuhur kami melanjutkan perjalanan menuju meseum daerah
Bengkulu di jln. Pembangunan Padang Harapan.
|
Photo by @ichan.dgmc |
|
Tempoyak udang |
|
Pendap |
Meseum ini menyimpan berbagai macam
benda-benda bersejarah di Bengkulu, seperti replika tongkat raja Bengkulu, bermacam-macam
rumah adat dari berbagai suku di Bengkulu, pelaminan khas Bengkulu, huruf
kaganga, batik basurek kuno, dll. Selain benda-benda bersejarah, museum ini
juga menyadikan deskripsi dari masing-masing kabupaten dan kota di Bengkulu.
Bengkulu sendiri memiliki 9 kabupaten dan 1 kota, dimana tiap kabupaten
memiliki bahasa daerahnya sendiri. Sedangkan bahasa pemersatu di provinsi ini
adalah bahasa melayu Bengkulu.
|
Museum Bengkulu
Photo by @ichan.dgmc |
|
Salah satu replika rumah adat yang ada di museum Bengkulu |
Perjalanan kami dilanjutkan dengan
menghadiri festival kopi di sport center. Festival ini diikuti dengan
bermacam-macam brand kopi lokal Bengkulu, seperti kopi mangkuraja, villco,
gading cempaka, dll. Kami pun berkesempatan mencicipi kopi arabika manguraja.
Tidak banyak waktu yang kami habiskan di sini karena harus melanjutkan
perjalanan menuju rumah pengasingan Bung Karno.
|
Rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu |
Rumah pengasingan Bung Karno terletak
di jalan Soekarno Hatta kelurahan anggut atas kota Bengkulu. Desain rumah ini
dipengaruhi oleh tiga budaya, yaitu Bengkulu, China, dan Belanda. Setelah
diasingkan di Ende, Flores, Bung Karno selanjutnya diasingkan ke Bengkulu tahun
1934-1938. Rumah ini menyimpan buku-buku bacaan Bung Karno, sepeda ontelnya,
kostum perkumpulan sandiwara monte carlo yang didiran Bung Karno, tempat tidur
yang dipakai Bung Karno dan ibu Inggit Ganarsih. Selain itu di belakang rumah
ini juga terdapat sumur tua yang dipercaya bisa mendatangkan jodoh jika mencuci
muka disumur tersebut.
|
Tari Persembahan Bengkulu |
Perjalanan kamipun dilanjutkan menuju
Benteng Malborough. Sesampainya di benteng kami disambut dengan tarian
persembahan Bengkulu dan juga pertunjukan musik dol. Benteng ini merupakan
benteng pertahanan peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara yang dibangun
oleh East India Company tahun 1713-1719 dibawah pimpinan gubernur Joseph Callet.
Bangunan benteng ini masih berdiri kokoh meskipun sudah berumur lebih dari 200
tahun.
Dalam benteng ini terdapat tiga makam
pemimpin Inggris yang tewas di bunuh di Bengkulu, yaitu Charles Murray,
Thomas Parr, dan Robert Hamilton. Selain
itu di dalam benteng juga terdapat ruang-ruang bekas tahanan, meriam
peninggalan Inggris, dll.
Setelah puas berkeliling di benteng
kami pun pulang ke hotel untuk bersiap-siap menghadiri makan malam di KRI Banda
Aceh yang sedang merapat di pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. KRI tersebut
dijadikan tempat start lomba renang
triathlon dalam rangkaian acara Festival Bumi Rafflesia 2017.
|
KRI Banda Aceh yang bersandar di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu |
|
Ngantri buat naik ke KRI
photo by @ichan.dgmc |
Selain acara
makan malam, di KRI tersebut juga berlangsung acara pengumuman pemenang lomba
triathlon. Setelah seluruh rangkaian acara selesai kami pun pulang ke hotel
untuk beristirahat.
Day 3
Hari terakhir famtrip kali ini kami
mengunjungi salah satu pusat oleh-oleh yang ada di kota Bengkulu. Para reserta
famtrip langsung berburu oleh-oleh yang ingin mereka bawa pulang. Pusat
oleh-oleh ini menyediakan berbagai macam makanan dan kerajinan khas Bengkulu,
seperti lempuk, kue bay tat, sirup kalamansi, manisan terong, manisan rumput
laut dan tidak lupa pula batik basurek khas Bengkulu serta berbagai kerajinan
dari kulit lantung.
Setelah puas berbelanja kami langsung
menuju hotel santika untuk menghadiri konferensi pers sekaligus penutupan
famtrip ini. Konferensi pers ini dihadiri oleh bapak kadispora Provinsi
Bengkulu, perwakilan Alesha Wisata, serta beberapa media lokal Bengkulu. Acara
famtrip kami berakhir dengan mengantar teman-teman blogger peserta famtip ke
Bandara Fatmawati untuk segera kembali lagi ke daerahnya masing-masing.
|
Penutupan famtrip 2017
Photo by Media Center Bengkulu |
Terima kasih banyak teman-teman blogger
untuk ilmu dan pengalamannya. Senang sekali bisa bertemu dengan blogger-blogger
kece seperti kalian. Terima kasih banyak juga untuk dispar Bengkulu dan Alesha
Wisata yang sudah mengadakan famtrip dan mengajak kami traveling untuk mengeksplor Bengkulu.
Oh iya saya benar-benar belajar banyak
dari para traveller blogger ini. Salah satunya untuk mendapatkan foto dan
tulisan yang bagus itu gak gampang. Butuh proses dan revisi sana sini. Bahkan
terkadang untuk memotret satu objek saja dibutuhkan bidikan kamera yang gak
cuma sekali atau dua kali, tapi berkali-kali bahkan sampai puluhan kali
meskipun yang akan digunakan hanya satu foto saja.
Begitupun dengan tulisan-tulisan di
blog mereka, butuh waktu untuk dan proses untuk membuatnya apik dan enak
dibaca. Dibalik sesuatu yang enak
dipandang dan dibaca butuh proses dan perjuangan yang gak segampang membalikkan
telapak tangan ya teman-teman.
Tulisan ini untuk menjawab tantangan Blogger Bengkulu dalam #NulisSerempak tentang #FestivalBumiRafflesia